Bapera

Fahd A Rafiq: Dalam Bisnis Harus di Pahami Antara Context dan Content 

 

 

Mana yang lebih penting konteks atau konten ?

 

Jakarta – Sekali lagi dari sisi yang lain Content saja tidak cukup untuk memenangkan kompetisi harus masuk ke emosi dan Context. karena hal itu adalah sesuatu yang Given, yang biasa biasa saja. Jadi kita harus memanfaatkan kekuatan Context agar memberi Value yang unik. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana membuat Context dari produk kita ? , Ucap Fahd A Rafiq pada Kamis, (22/9).

 

Kita mungkin pernah atau sering makan di MC Donald ? Nah sebenarnya MC Donald jualan apa ? yang pasti jawaban ini bisa macam macam ada yang menjawab Jualan makanan, ada yang bilang jualan property, ada yang bilang mainan, ada yang bilang Life style, suasana dan apapun yang menurut pengetahuan kita itu bisa katakan.

 

Namun ketika kita copy buat sesuatu yang sama apa yang kita pahami tentang MC Donald kita akan meragukan hasilnya. Apakah akan banyak yang mengantri untuk membeli produk kita ?. Pembelian dalam bisnis adalah masalah Psikologi bukan trading, tegas Ketum DPP Bapera tersebut.

 

Mantan Ketum PP AMPG ini menjelaskan, “Psikologinya kita bahas dari behavioral analisisnya, agak rumit memang menjelaskan bisnis sampai menyentuh banyak bidang termasuk psikologi. Manusia dalam mengambil keputusan akan salah kalau kita menganggap menggunakan Rasional (Logika Thinking) ternyata  sedikit unsur rasionalnya. Bahkan terbanyak sepenuhnya keputusannya adalah irasional (emosi) ditambah lagi kemajuan teknologi informasi pada saat ini membuat manusia semakin emosional terutama dalam pengambilan keputusan terjadi pergeseran yang telak.

 

Dimana dulu pemahaman pembelian adalah dengan rumus munculnya kebutuhan (Need Recognition) di ikuti dengan pencarian Informasi (informational Search) di ikuti dengan evaluasi Alternatif produk yang akan kita beli. Kemudian melakukan pembelian dan penggunaan (Pusrcahsing and Consumption).

 

Mantan Ketum DPP KNPI ini menuturkan, Sekarang kenyataan terbanyak pada saat kita jalan ke Mall contohnya Senayan City misalnya niatnya mau membeli celana Jeans dan minyak wangi ternyata proses belanja itu tidak semulus logika kita sewaktu berangkat di awalnya. Seberapa sering ternyata anda pulang tidak jadi beli Jeans malah beli baju atasan dan tidak jadi beli parfum malah beli handphone terbaru dimana Rasionalnya? Jual Asap itu lebih penting dari satenya!!! Apakah ini pengalaman kita semua atau hanya saya aja?

 

Kembali ke MC Donald, Apakah MC Donald laku keras karena lokasinya ? Atau laku karena Big macnya, nuggetnya, MC Chickennya ? Kalau secara rasa produk MC Donald biasa saja menurut saya malah lebih enak makan ayam kampung ditempat langganan saya.

 

Ok kita tambah satu lagi bisnis Starbuck. Starbuck sukses di dunia dan menjadi darlingnya di Wall Street untuk waktu yang sangat panjang. Apa karena Frappucinonya, Mocacinonya, atau kopi nya yang enak ? TIDAK!

 

MC Donald dan Starbuck sukses dan laku produknya bukan karena yang disebut content atau what to offer (Apa yang ditawarkan) kepada pembeli. MC Donald dan Starbuck Sukses bukan karena makanan. Content adalah sesuatu yang berhubungan dengan Rasional kita. Misalnya kita ingin membeli sepatu, yang pasti kita ingin sepatu tersebut kuat, bagus dan tahan lama.

 

Kita ingin membeli makanan maka food tersebut harus enak, harus murah, mengenyangkan apa tidak porsinya atau bahkan makanan tersebut sehat atau tidak ? Semua itu berhubungan dengan Rasional itu adalah content.

 

Sementara Context itu berkaitan dengan emosi, kalo kita bicara emosi cenderung tidak rasional fanatisme misalnya ini karena emosi bukan pemikiran rasional. Coba kita lihat apa hubungannya wanita cantik disamping mobil mewah ? Apa hubungannya koboi dengan rokok Marlboro ? Apa hubungannya kecantikan dengan body shop yang mengatakan “againts Animal testing”, sekilas memang tidak nyambung. Tapi itulah “Context”, itulah emosi.

Sekali lagi MC Donald bukan soal makanannya, Starbuck, subway, cipotle sekali lagi bukan karena makanan atau minumannya merk merk besar tersebut. Menjadi besar sejak day one karena konsep Context nya. Context adalah how to offer, how itu bagaimana cara anda menawarkan produk tersebut jauh lebih penting dari pada apa yang anda tawarkan ke pelanggan anda.

 

MC Donald sukses karena konsep service cleanliness, dan family Value-nya, keramahannya kepada anak anak, tersedianya tempat main, termasuk event event pada saat hari khusus seperti ulang tahun dan pesta anak lainnya. Merchandise anak anak the toy story, Hello Kity dan banyak lagi lainnya mempertahankan citra atmosphere restaurant yang fun dan friendly. Ini semua adalah Context, hal tersebut adalah emosi.

 

Sekali lagi dari sisi yang lain Content saja tidak cukup untuk memenangkan kompetisi harus masuk ke emosi dan Context. karena hal itu adalah sesuatu yang Given, yang biasa biasa saja. Jadi kita harus memanfaatkan kekuatan Context agar memberi Value yang unik. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana membuat Context dari produk kita ?

 

Mungkin produk kita bukan makanan dan minuman, jadi bagaimana membuat Context nya, behavioral analisisnya sehingga bisa membuat Context yang menarik, tutup Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar.

 

Asw

 

 

 

 

 

Logo Bapera
Menguatkan jati diri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).