Jakarta– Banyak pengamat Bisnis mengatakan, Apple akan mengikuti jejak BlackBerry dan Nokia. Apple tidak mengambil wilayah baru, inovasi baru, tidak menambah pelanggan baru, semenjak wafatnya mendiang Steve Jobs Motto Apple “Think Different” agaknya tidaknya di jalankan, ucap Ketum DPP Bapera di Jakarta, pada Selasa, (20/9).
Fahd El Fouz A Rafiq mengatakan, “Apple di prediksi akan menjadi Next Nokia alias menjadi musnah. Disini kita bicara soal mikro ekonomi, seperti membicarakan perusahaan dan bisnis. Kita langsung pada contoh besar yang memang merknya ada disekitar kita”, ucapnya.
Mantan Ketum PP AMPG ini menjelaskan, “APBN sebuah negara itu di ibaratkan sales atau omzet sebuah perusahaan, jadi kalau APBN Indonesia sekitar 2000 triliun (30 triliun dollar) maka omzet perusahaan yang nilainya 130 Billion dollar pertahun di dunia ini ada lebih dari 350 perusahaan. Kalo PDB Indonesia 1.100 Dollar atau sekitar 16.000 triliun, maka Valuasi perusahaan yang nilainya diatas 1 triliun dolar ada lebih 20 an perusahaan di dunia ini.
Kita ambil contoh misalnya Black Rock perusahaan ini kapitalisasinya adalah 9 Triliun Dollar atau 9 kali PDB Indonesia. Makanya membicarakan negara sesekali kita membicarakan perusahaan yang nilainya lebih besar dari negara Indonesia. Sah sah aja kan.
Saat ini GDP percapita Indonesia sekitar 4250 dollar artinya rata rata penduduk Indonesia pendapatannya 1 tahun adalah 4250 X 14.500 rupiah atau sekitar 62 jutaan per orang. Oh iya penentu lain adalah index Gini Rasio dimana semakin besar angkanya semakin jauh jarak orang kaya dengan orang miskin. Alias kalau rata rata penduduk orang Indonesia 62 juta rupiah pendapatan 1 tahunnya, kalau gini rasionya besar maka ada yang pendapatannya cuma 5 juta setahun atau ngak satu juta rupiah sebulan ada yang 120 juta setahun, kita akan detailkan hal ini dilain kesempatan.
Jadi, omzet perusahaan sama dengan APBN sebuah negara, kapitalisasi pasar perusahaan sama dengan PDB sebuah negara. Ini hanya menyederhanakan, for the shake discussion. Kita ke NOKIA, Nokia waktu itu dibunuh oleh smartphone, padahal Nokia adalah perusahaan yang sangat besar dan menguntungkan di zamannya, yang terbunuh itu semua dalam hitungan bulan. Ketika Steve Jobs meluncurkan Apple tahun 2007 yang tidak ada keyboard nya semuanya di layar sentuh, semuanya dikendalikan dilayar sentuh. Gadget itu sangat waw. Itulah yang beberapa tahun kedepannya membunuh Nokia dalam sekejap.
Kita lihat sekarang, apapun Smartphone anda semuanya dioperasikan oleh Touchscreen yang Steve Jobs ciptakan. sayang Nokia kehilangan kesempatan oleh gebrakan smarphone. Memang tahun 2007 Nokia masih merajai dunia bahkan di tahun 2013 Microsoft membeli Nokia senilai 7,2 billion dollar dimana setahun kemudian, Microsoft menjual Nokia kembali ke Foxconn hanya 350 juta dollar saja. Niat Microsoft mengambil nama dan jaringan Nokia ternyata Doesn’t work!!!
Di sisi lain, semenjak Steve Jobs kembali ke Apple, Apple menjadi perusahaan yang menguat, yaitu dari tahun 1996 hingga tahun 2016, Apple meningkat dari perusahaan yang nilainya 30 billion dollar menjadi 250 billion dollar ditahun 2016. Cerita jatuhnya Nokia dan bangkitnya saga Apple adalah cerita dibanyak sekolah bisnis yang membuat fenomenal. Cerita itu membuat banyak entrepreneur bermimpi ingin menjadi Apple, salah satu perusahaan yang saat ini nilainya 2000 bilion dollar. Dan ini nilainya lebih besar dari PDB negara Indonesia, Italia, Brazil, Canada, Rusia, Korea Selatan, Australia, Spanyol dan banyak negara lainnya bahkan, nilai Apple seakan lebih tinggi dari nilai beberapa negara di dunia ini.
Bahkan free cashnya Apple, 138 billion dollar, itu lebih banyak dari cadangan devisa beberapa di negara Eropa dan puluhan, Afrika, Amerika latin, Asia. Pertanyaannya jangan jangan Apple melakukan kesalahan apa yang Nokia lakukan, kalau melihat apa yang dilakukan 3- 4 tahun ini. Apa yang Apple lakukan. Mengapa akan meniru langkah Nokia yang runtuh ?
Apple saat ini bukan dalam keadaan krisis hanya saja kita melihat apa yang terjadi efek pandemi dimana supply bahan dasar Apple banyak datang dari Tiongkok yang sudah beberapa tahun ini tersendat. Bukan pandemi yang membuat apple turun. Sebelum pandemi penjualan Apple sudah turun turun dalam 5 tahun walaupun tidak signifikan. Tetap merupakan yang terburuk dalam 16 tahun terakhir di dalam prestasi Apple.
Tim cook atau CEO Apple menyatakan penjualan Apple menurun yang terbesar di Tiongkok dan ini berimbas ke seluruh penjualan dunia. Penjualan di Tiongkok turun 29 persen diakumulasikan dalam beberapa tahun terakhi dan juga persaingan antara merk Huawei dan Apple.
Analis Goldman Sach mengatakan ini sebuah, ini sebuah cerita panjang yang bisa membandingkan Apple dengan Nokia. Dulu Nokia bergantung pada pelanggannya untuk mengupgrade teleponnya alias setiap telpon Nokia lahir baru maka ada fitur baru serta upgrade kapasitas dan modelnya yang kemudian pelanggan tidak terlalu aktif membeli lagi karena tidak terlalu membutuhkan fitur baru atau kapasitas baru.
Jadi yang tadinya setiap 6 bulan orang mengganti Nokia kini menjadi 2 tahun. Orang semakin kesini semakin lama mengganti gadgetnya. Pelanggan memilih memperbaiki dari pada mengganti. Hal ini juga terjadi pada Apple, mengapa penjualan Apple yang baru tidak semeriah dahulu. Dimana puncaknya adalah di iPhone 10 di tahun 2018. Seakan Apple itu mengandalkan Glory from the past akan terus membawanya berjaya.
Sudah hampir 10 tahun ini Apple kehilangan Inovasinya, jadi dari pada fokus mencari lahan baru agaknya Apple lebih memilih mempertahankan wilayahnya. Mencari lahan baru dan mempertahankan wilayah.
Steve job punya legesi menambah Inovasi dan menambah lahan baru, tapi manajemen sekarang tidak. Untuk berinovasi mereka wajib menganggarkan dana dan tenaga R&D (Research and Devopment).kata kunci berikutnya adalah Inovasi.
Perlu anggaran, difokuskan dan dipermudah. Apple pertahunnya hanya menganggarkan 8% biaya RND, dibandingkan dengan Microsoft yang 13 persen. Apple ketinggalan jauh dalam 10 tahun terakhir karena hanya fokus di jualan, lalu dalam mencari lahan baru bukan selalu pasar yang di lebarkan, salah satu yang terbaik adalah mengakuisisi perusahaan baru untuk menciptakan produk baru segar atau supplier diakuisisi mitra mitra dagang juga untuk merger.
Apple juga lambat dalam hal ini. Buktinya Apple hanya mengeluarkan 2% dari free cash low nya sejak 2012 di dalam melakukan merger akuisisi ini. Terakhir Apple mengandalkan Brand nama mereka, kesannya kalau membeli produk Apple anda berada di level sosialita atas namun ternyata generasi Millenial dan Zillenial tidak melihat itu di Apple.
Juga sisi Buzz ( pembicaraan di Sosial) dibanding terakhir yaitu Apple 5 hingga saat ini, Suara Noise di Google turun jauh tinggal separuhnya dibanding 10 tahun lalu,. Jadi, jika Apple tidak mengambil wilayah baru, inovasi baru, tidak menambah pelanggan baru. Apple akan mengikuti sejarah Nokia dan BlackBerry. Karena Motto Apple Think Different agaknya tidaknya di jalankan. Semoga ini bisa menjadi cermin kita semua untuk berbisnis dan bernegara, tutup Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar.
ASW