Sedikit tapi Isinya Daging Semua
Jakarta – Dalam pengelolaan negara yang benar harusnya ketujuh pilar bernegara dibangun secara bersamaan, ketujuh pilar tersebut yaitu Ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan(IPOLEKSOSBUDHANKAM). namun kita semua tahu bahwa setiap pemimpin ada selera (preference) dan kecenderungan yang mereka sukai atau pilihan utama yang selalu di dahulukan, Ucap Fahd El Fouz A Rafiq di Jakarta, Pada Kamis (25/8).
Ketua Umum DPP Bapera Ini mengatakan, “melihat kembali sejarah, pada saat pemerintahan Soekarno, usia Indonesia yang masih sangat muda pilihan terbanyaknya adalah masalah Perpolitikan. Jadi, dari 7 sendi Bernegara Zaman Pak Karno politik memakan porsi terbesar dan bentuk Demokrasi Parlementer dan Terpimpin dicoba pada masanya.
Selain politik, pak Karno juga memiliki selera seni yang tinggi dan setelah itu kebudayaan. Seniman mendapatkan tempat terhormat di zaman beliau, Budaya kebaya menjadi citra Bangsa dan simbol tingginya Nasionalisme saat itu. Patung dan lukisan menghiasi sudut ibu kota dan banyak lagi karya seni yang diangkat oleh beliau. Fokus Pak Karno selanjutnya yaitu menyatukan PAPUA, mengambil Papua dari Belanda dengan lobi lobi Internasional, Geopolitik luar negeri di zaman beliau adalah yang TERBAIK.
Presiden kedua, Pak Harto menggunakan tangan besi dimana Pertahanan menjadi fokus terbesar, lalu keamanan, pangan, pertanian, dan nelayan adalah fokus pemerintahan beliau selanjutnya dan di era beliau lah Indonesia dikenal sebagai “Negeri Swasembada Pangan pada tahun 1984 dan membuat Soeharto mendapat kehormatan berpidato dalam Konferensi ke-23 Food and Agriculture Organization (FAO) di Roma, Italia, pada 14 November 1985. Soeharto juga memberikan bantuan 100.000 ton padi untuk korban kelaparan di Afrika saat itu.
Prestasi selanjutnya di era Pak Harto 1 dolar Seharga Rp 378 sejak tahun 1971 yang membuat barang barang kebutuhan sangat murah pada saat itu.
Ketiga presiden setelahnya tidak sempurna waktunya yaitu Pak Habibie, Gusdur dan Ibu Megawati. Lalu ke zaman Pak SBY fokusnya di Sektor Ekonomi, GDP Percapita tumbuh 400% dibawah pemerintahan beliau selama 10 tahun. Dimasa beliau tidak seimbang juga bernegaranya, sedikit mendapat perhatian seperti mendapat gangguan Ideologi negara. Pertahanan dan Keamanan mulai jebol. Namun peristiwa terorisme yang menyetujui tumpah darah sesama anak bangsa yang beda agama mulai marak di zaman beliau dan didiamkan sehingga berpengaruh ke Ideologi bernegara hingga saat ini.
Lanjut pemerintahan sekarang kemana fokusnya? Sahabat sendiri yang dapat menilai kemana pemerintahan Pak Jokowi Fokusnya, apa kelebihan dan apa kekurangannya karena Ayah dari walikota solo ini belum Genap 10 tahun.
Tapi Bagi saya saat ini enam pilar bernegara tergerus diluar Politik. Perpolitikan indonesia selesai di zaman Bapak Ir. Joko Widodo. Presiden Jokowi layak diberikan penghargaan Is The Best Politician, Beliau lentur dan lincah dalam mengarungi derasnya ombak perpolitikan Indonesia pasca Reformasi. Dan benar dunia Perpolitikan dalam 7 tahun ini “selesai” dengan dukungan mayoritas baik di parlemen dan di kabinet, Bapak Joko Widodo menang telak.
Lalu arahnya kemana tulisan ini, saya hanya mengingatkan bahwa HANKAM di negara kita saat ini lemah sekali sekarang. Masalah Kriminal seperti begal, rampok, yang beritanya selalu ramai di media nasional, narkoba, intoleransi, konflik horizontal dan Radikalisme masih sangat bermasalah di negeri yang tak pernah lelah kita cintai ini.
Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar menyarankan, agar pemerintah dengan cepat memperbaiki ke 6 pilar bernegara yang telah disebutkan tadi, masih ada waktu untuk memperbaiki jika strategi dan langkahnya terukur dengan baik, tutupnya.
Penulis: ASW