Mulailah mengenal lawan kita, mulailah membaca langkah mereka dan niat mereka, buatlah rencana besar untuk Indonesia, lakukan Diplomasi logam seperti Gajah Mada lakukan dulu, lakukan Diplomasi Kebudayaan seperti Para Walisongo dulu dan yang pasti kita harus bermain cantik.
Fahd El Fouz A Rafiq
(Ketua Umum DPP BAPERA)
Jakarta – Kali ini H. Fahd El Fouz A Rafiq (Ketua Umum DPP Bapera) akan menceritakan bagaimana negara kota seperti Venezia, Singapura hingga Tiongkok bermain cantik baik di dalam maupun diluar negeri.
Kita belajar dari Sejarah bagaimana negara bisa menjadi besar dan survive selama Ratusan Tahun akan tetapi disisi lain ada juga negara yang bubar hanya dalam 1 Generasi. Semua itu bukan karena berhasil mengurusi kebutuhan dalam negeri (Urusan domestik) namun juga berhasil menangani perampokan dari luar wilayahnya, baik yang terang terangan ataupun dengan halus cara menipunya, Ucapnya Jakarta, Pada Rabu, (24/8).
Ketum DPP Bapera ini menambahkan, “Kita harus pandai memanfaatkan kekuatan luar serta mahir diplomasi termasuk diplomasi Dagang untuk memenuhi kebutuhan Domestik yang tidak kita produksi baik bahan baku maupun produk jadi. Kita harus main cantik di dalam dan diluar negeri, membangun SDM yang solid dengan Jiwa Nasionalisme yang tinggi adalah kunci negara berdaulat dalam jangka panjang dan pendek.
Jadi ya, percuma saja kita teriak Indonesia Harus Berdaulat akan tetapi mainnya ngak cantik sudah kebaca duluan sama negara yang anti negara jajahannya berdaulat, cetusnya
Mantan Ketum DPP KNPI ini menceritakan, “Kita lihat di negara kecil Eropa bernama Venezia di abad pertengahan yang bermain cantik miring ke Yunani dalam strategi luar negerinya kemudian main Indah kedalam negeri dengan Coleganza yaitu Equity Croud Funding.
Disaat ini kita lihat Singapura dengan strategi miring ke Barat, menjadikan Singapura negara kota yang kuat dalam Maritim Hub dan Financial Hub menjadikan singapura negeri dengan pendapatan perkapitanya salah satu tertinggi di dunia dengan 50.000 an dollar percapita atau hampir 12 kalinya indonesia. Sekali lagi Singapura Juniornya Indonesia. NKRI lahir tahun 1945, singapura tahun 1965 selisih Dua Puluh tahun lho, Kita harus semangat jangan disalip terus.
“Lalu bagaimana dengan Tiongkok, yang ditahun 1970 an pernah kelaparan dahsyat membuat matinya penduduk lebih dari 5 juta manusia, sangat miskin hingga tahun 80-an. Tahun 1980an Indonesia sedang jaya jayanya lho.
Putra pedangdut Kondang A Rafiq ini melanjutkan ceritanya, yang dilakukan Deng Xiao Ping (Presiden Cina saat itu) bermain cantik ke luar negerinya. Dimana di tahun ’79 Deng Xiao Ping miring ke AMERIKA padahal saat itu Soviet tetangganya Tiongkok adalah kekuatan terkuat di dunia dan sama sama paham komunis. Lanjutnya analisa Deng Xiao Ping benar sejarah berpihak padanya, ceritanya dengan nada yang semangat
Tarohan Tiongkok tepat, 1991 Soviet bubar. Ingat Ditahun ’80an kekuatan komunis memang lagi kuat kuatnya di dunia dan Amerika yang memiliki alat Propaganda yang bernama Demokrasi sedang diserang dimana mana. Untuk itu apapun resikonya Amerika mepet Tiongkok, Amerika saat itu perlu Tiongkok untuk menahan Soviet dan Korea Utara, setelah gagal ditahun 1975 di Vietnam yang akhirnya menjadikan Vietnam negara komunis.
Lanjut kisah, Tiongkok pun kemudian di guyur dana besar dan banyak perusahaan barat masuk ke Tiongkok. Dengan Syarat Tiongkok harus berpihak ke sekutu.
Tiongkok yang ditahun 1970an income perkapitanya dibawah Indonesia, mereka melakukan strategi luar negeri dengan cantik yang berbuah manis pada saat ini income perkapitanya 5 kali Indonesia. Selama 10 tahun kemudian hingga 1989, tiongkok menggeliat naik ekonominya banyak Reformasi dilakukan dilakukan di dalam negeri, perusahaan sekutu barat serta perusahaan kaum globalis banyak yang memindahkan pusat produksi ke tiongkok karena SDM yang murah plus kuat kerja.
Resiko yang dihadapi Deng Xiaoping Ditahun 1989 Bulan Juni, mahasiswa Demonstrasi besar besaran Di Tiananmen menuntut DEMOKRASI diterapkan di Tiongkok. Efek pemahaman barat pun mulai masuk ke sendi bernegara Tiongkok, mahasiswa ingin bebas DEMOKRASI.
Deng Xiao Ping Dilema, memihak barat sesuai dengan perjanjian Ronald Reagan sekutu barat atau balik kanan mementingkan dasar negara sosialis komunis. Setelah adanya Secret Meeting keputusannya adalah tetap sosialis komunis dan Anti DEMOKRASI BARAT. Maka tragedi berdarah pun terjadi, disikatlah Mahasiswa di Tiananment Square. Sebuah MASACRE (pembataian) dengan 10.000 korban tewas saat itu. Efeknya dunia mengecam Tiongkok!!! Lebih dari 50% perusahaan Amerika dan Barat menarik diri dari Tiongkok, namun keputusan Tiongkok sudah bulat, tidak bermain dengan Globalis dan tidak bermain dengan Barat, dengan membangun semua fokus ke Dalam negeri terlebih dahulu.
Singkat cerita,Tiongkok menggunakan MMT nya Michel Hudson, mainkan DoubleCurrency System (Dua sistem mata uang) di dalam cetak uang berbasis proyek, keluar negeri pakai Yuan berbasis Dollar, Tiongkok membangun GILA GILAAN DI dalam negeri setelah memiliki keterampilan yang diberikan Barat selama 10 tahunan dalam membangun berbasis Printing Money.
Semua tentunya dengan studi mendalam, bukan asal, tetapi membangun jaringan sambungan antar kota produksi, pemasok bahan baku, hingga membangun industri kendaraan niaganya, Isinya apa, kemana arahnya, semua dirancang dengan teliti, efeknya biaya produksi turun, produksi jadi cepat terdistribusi. Dan hasilnya 12 lapis keuntungan pembangunan di dapatkan
Dari kesimpulan diatas kita belajar dari 3 negara tersebut yang bermain cantik diluar dan di dalam negeri, Sebenarnya dua Presiden Indonesia Baik Pak karno maupun Pak harto arahnya jelas ingin menjadikan Indonesia negara maju dan besar, hanya saja Soekarno saat itu sangat menggebu gebu dan miring ke Soviet serta disorot fokus media asing, barat melihat Soekarno Berbahaya, maka tahun 1965 pak karno tumbang dengan Supersemar dan perlu publik ketahui bahwa Presiden Soekarno pernah mengalami percobaan pembunuhan sebanyak 21 kali tapi semuanya gagal.
Presiden Soeharto yang condong miring ke Amerika saat itu juga berbahaya dimata asing, selalu meneriakkan kedaulatan disegala lini baik pangan, energi, Ekonomi, budaya, dll. Kata berdaulat untuk negara asing itu sumbang akan tetapi merdu di dalam negeri, Soeharto berbahaya bagi Asing, repot kalo Indonesia mandiri, bisa besar nanti, karena Indonesia punya semua Instrumen dan perangkat untuk menjadi negara Super Power. Maka tahun 1998 Pak harto diturunkan mahasisiwa lewat campur tangan FBI dan serangan Ekonomi Hitman. Inti dari 5 kisah diatas Indonesia kedepan Indonesia harus bermain cantik dan belajar dari Sejarah luar dan dalam negeri, tutup Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar.
Penulis: ASW