Bapera

Ketum DPP Bapera: Lebaran Secara Tidak Langsung Runtuhkan Keangkuhan Anak Adam 

 

“Lebaran itu sebuah perayaan inklusif manusia Nusantara yang diselubungi peristiwa kultural super besar. 

Satu hal yang perlu di garis bawahi minta maaf sulit terucap karena tampak bagai menjatuhkan harga diri. Maka, lebaran menjadi sarana sekaligus momentum meminta maaf tanpa harus merasa jatuh harga diri. Inklusivitas lebaran mampu meruntuhkan keangkuhan hati anak Adam”. 

Fahd El Fouz A Rafiq

(Ketua Umum DPP BAPERA) 

 

 

Jakarta – Lebaran itu perayaan kultural manusia Nusantara untuk merayakan Idul Fitri sebagai ibadah, Ied Mubarak tampak serupa tapi jika diamati lebih seksama terdapat sedikit perbedaan, ucap Fahd A Rafiq pada Senin, (24/4).

 

Ketum DPP Bapera mengatakan, “Idul Fitri itu perayaan setelah sebulan berpuasa, hasil kembalinya fitrah manusia dengan proses detoksifikasi terhadap kondisi mentalitas manusia yang diwujudkan dalam pelaksanaan sholat idul Fitri dan zakat fitrah”, ujarnya.

 

Fahd menambahkan Lebaran  itu rangkaian suka cita manusia Nusantara yang diselimuti nilai nilai religiusitas Islam. Lebaran itu identik dengan kebaruan khususnya baju baru dan itu identik. Karena pasca idul Fitri diharapkan membuka lembaran baru dengan ibadah yang lebih baik, disamping itu semua yang terlibat dalam perayaan ini apakah sebelumnya puasa atau tidak, tuturnya

 

Mantan Ketum PP – AMPG secara history memaparkan lebaran momen tak terpisahkan dari tradisi keagamaan masyarakat Nusantara sejak zaman Hindu – Budha dan merupakan festival yang telah ada sejak Mataram Kuno dan ketika Islam masuk ke bumi Nusantara tradisi ini dengan segala kebaikannya tetap dilanjutkan dari generasi ke generasi, paparnya dengan nada sumringah.

 

 

Dia melanjutkan, “Momen Idul Fitri juga di ikuti tradisi mudik (kaum urban perkotaan lakukan proses pulang ke kampung halaman). Mudik itu gerak masif jutaan manusia menuju kampung halaman merupakan bentuk terapan ajaran Islam ke dalam budaya Nusantara.

 

Mudik tidak dapat digantikan kecanggihan teknologi metaverse sekalipun. Bertemu orang tua, keluarga,  dan teman sekampung halaman ialah kesadaran kolektif yang berkarakter intuitif. Bawa kembali ke kampung udik juga memiliki makna historis mengenang sebuah cita cita untuk mengarungi kesuksesan di kota besar, dan itu angan angantertinggi dari para perantau.

 

Di sesi sebelumnya saya membahas Lebaran terdapat ketupat yang melambangkan kelapangan hati untuk meminta maaf dan memaafkan sesama manusia. Lebaran punya energi gerak masif untuk bersilaturahim dengan sesama manusia lainnya. Dan inilah ciri khas kaum muslim di Nusantara yang tidak ada di negara lain, ujarnya mengingatkan.

 

Nilai nilai Kemanusiaan

 

Mantan Ketum DPP KNPI melihat, “Lebaran menarik setiap orang masuk ke perayaan suka citanya siapapun itu tanpa memandang agama, suku, ras, etnis dan golongan. Idul Fitri sebagai sebuah peristiwa ibadah, diselubungi peristiwa kultural berbentuk perayaan lebaran.

 

Lebaran jadi festival suka cita yang membawa nilai nilai keadaban dan keadilan manusia (sila ke -2 Pancasila), setiap jiwa yang terlibat di dalam perayaan suka cita ini dan berbagi kebahagiaan kepada sesama manusia lainnya. Hal yang sudah saya sebutkan diatas merupakan bentuk balutan nilai nilai kemanusiaan dalam tradisi lebaran.

 

Mantan Ketum Gema MKGR ini menegaskan, “konsep pulang kampung itu bentuk dari sebuah relasi humanis manusia Nusantara”. Ia sebagai subjek yang dulu tak bermakna, dengan lebaran mengingatkan dirinya bahwa keberhasilan masa kini ialah juga berkat dari doa dan dukungan orang orang sekampungnya”, ungkapnya.

 

Tradisi saling memaafkan, mengakui sebuah kesalahan, merupakan ekspresi budaya lebaran masyarakat Nusantara yang membuktikan keberanian sendiri. Mau Mengakui sebuah kesalahan yang pernah dilakukan membutuhkan sebuah tekad tersendiri untuk meruntuhkan dinding dinding keangkuhan.

 

“Acapkali meminta maaf menjadi begitu sulit terucap karena tampak bagai menjatuhkan harga dirinya. Maka, lebaran ini menjadi sarana sekaligus momentum memohon maaf tanpa harus merasa jatuh harga diri. Inklusivitas lebaran mampu meruntuhkan keangkuhan hati anak Adam”.

 

Lebaran dengan ke khasan yang dimilikinya telah mengajarkan sebuah kesadaran pertemuan Agama dan budaya telah mampu menciptkan sebuah nilai keadaban manusia. Perintah dalam sebuah ajaran agama dilaksanakan manusia yang berbudaya. Manusia dengan eksistesi budayanya mencoba menafsirkan kehendak tuhan terhadap dirinya.

ASW

Logo Bapera
Menguatkan jati diri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).