Fahd A Rafiq Usulkan Diplomasi Logam Tanah Jarang Harus di Mainkan pada Pertemuan G20 di Bali

Diplomasi Logam Tanah Jarang (LTJ) harus dimainkan Pada pertemuan G20 di Bali. Harta karun super langka ini yaitu Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth elementnya sangat banyak menempel di timah, emas dan pastinya nikel. Namun pada kenyataannya LTJ ini melimpah di tanah air Indonesia, apa ngak ngeri itu? Nusantara harus maksimalkan logam tanah jarang untuk daya pikat dan tawar jika ada kepentingan dengan negara. Yang pasti kita sendiri yang harus kelola itu logamnya di Indonesia dan  jangan di negara lain.

Fahd A Rafiq
(Ketua Umum DPP BAPERA)

Jakarta – Logam tanah jarang adalah material berteknologi tinggi. Tidak ada material lain yang mampu menggantikan fungsinya jika pun ada kemampuannya tak sebaik logam tanah jarang dan jadi rebutan banyak negara lain.

Ketua Umum DPP Bapera Fahd El Fouz A Rafiq yang mengutip dari buku ”Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia”  merupakan salah satu mineral strategis dan termasuk “critical mineral” yang terdiri dari 17 unsur, yang kita sebutkan sebagian aja seperti scandium(sc), lanthanum (LA), Cerium (CE), Neodymium (ND) dan lain sebagainya. Logam tanah jarang ini juga terkandung di dalam laterit Nikel”, ucapnya.

Beliau menambahkan, “sejumlah mineral ikutan dalam lateris Nikel yang harganya mahal adalah Monasit, zircon, dan xenotime. Indonesia ternyata menyimpan harta karun super langka yang di incar banyak negara lain karena manfaatnya luar biasa di era modern saat ini. Mulai dari bahan baku peralatan eletronik, baterai, telepon seluler, bahkan pembangkit listrik energi terbarukan hingga kendaraan listrik dan peralatan militer atau industri pertahanan”.

 

Harta karun super langka yang bernama logam tanah jarang (LTJ) atau Rare Earth elementnya sangat banyak menempel di timah, emas dan pastinya nikel. Komoditas ini dinamai logam tanah jarang karena di dasarkan pada asumsi yang yang menyatakan bahwa keberadaan logam tanah jarang ini tidak banyak di jumpai. Namun pada kenyataannya LTJ ini melimpah di tanah air Indonesia, apa ngak ngeri itu Bumi Nusantara, pungkasnya.

Indonesia harus memaksimalkan logam tanah jarang untuk daya tawar dan pikat untuk negara lain dan yang pasti kita sendiri yang harus kelola itu logamnya di Indonesia jangan diluar negeri. lRare Earth sangat melimpah di tanah air Indonesia melebihi unsur lain dalam kerak bumi Nusantara. Bersyukurnya Indonesia, jadi yang diuntungkan lagi lagi adalah Tiongkok. Kita gigit jari.

Masih ingat beberapa pengamat ekonomi Internasional yang mengatakan keheranannya tentang strategi Amerika ngerjain alias kadalin Indonesia selama lebih dari 40 tahun. Sekarang Tiongkok ngerjain dengan cara yang sama namun tetap Indonesianya ngak belajar banyak kenapa ya ? Heran saya.

Kita tahu tambang Grassberg Freeport itu menghasilkan Cooper atau tembaga dan produksi tambang tersebut yang  berupa concentrate dikirim ke pabrik di luar Indonesia bukan hanya menghasilkan tembaga murni outputnya tetapi juga gold dan banyak unsur tanah jarang mineral lainnya. Sekali lagi Sekedar mengingatkan lho Freeport adalah kontrakator pertambangan yang hanya menghasilkan Cooper concetrate. Apa itu ?

Jadi, Cooper Concetrate hasil tambang tidak murni tembaga tetapi ada unsur mineral lainnya yang masih ikut. Apa aja yang ngikut. Masih ada emas, platinum, uranium bagian dari mineal tanah jarang (Rare Earth) yang sangat penting buat dunia. Jadi, apa yang Indonesia dapat hanya pajak dari Cooper concetrate tersebut. Lalu entah mengapa Indonesia minat masuk ke pemilikan tambang Cooper tadi ? Karena tambangnya Cooper hasilnya Cooper yaitu Tembaga.

Jadi Freeport bukan tambang emas, kalo ada emasnya mana ? Atau gold concetratenya mana ? Ingot, dore bahkan bullion? Ngak ada hasil Cooper concetratenya slim dari anoda Cooper produk concetratenya tadi dibawa ke smelter di Jepang dan smelter di grup milik Rio tinto. Disinilah pemilik smelter yang untungnya terbesar karena mereka melakukan refining atau pemurnian yang memisahkan Cooper, asam sulfat sehingga menemukan emas, platinum dan unsur tanah jarang lainnya ?

Jadi, kebingungan tentang pengamat ekonomi akan cara bernegara Indonesia yang aset Naturalnya tidak membuat keuntungan maksimum buat negaranya karena kalah diplomasi dalam negosiasi tambang, salah satunya tambang tembaga di papua.

Lalu terjadi lagi di papua ini yaitu dunia nikel. Tambang Nikel di Indonesia hanya menghasilkan batuan Nikel pabrik smelter Nikelnya yang dibangun bukan pemurnian hanya smelter pembuang( impuritas) tidak menghasilkan Nikel 99,9% namun hanya menghasilkan produk yang tidak lebih dari 25% kadar nikelnya bahkan 40% kadar nikelnya ngak boleh persis seperti copper concetraternya freeport. Smelter nikel 25% tadi hanya membuang  pengotor saja dimana kalau 99,9 % nikel ngak mungkin karena kebuang semua unsur yang mahal dari nikel tersebut yang menjadi target utama mereka, bahkan di 40% kadar nikelnya tersebut kebuang itu mineral yang mereka incar.

Kalau 25% kadar nikelnya ferronya, lithiumnya masih ada dan di “CRACK” dulu nanti di Tiongkok baru diproses pemurnian semuanya dapatlah ferro, nikel, lithium  dan beberapa unsur lainnya yang mereka butuhkan. Indonesia ya hanya dapat pajak transaksi nikel.

Sama seperti Freeport dengan coppernya, nikel juga sama dibuang pengotornya, Impuritiesnya lalu yang penting – penting di smelter dan dipurifikasi atau metal refining ditempat lain. Jadi paham ya. Jadi kedepan kita harusnya bagaimana ?

Sabar masih berlanjut ni dongengnya. Kemudian ada lagi yang terbaru yaitu TIN (timah) ini menjadi mainan baru karena mineral ikutan dari tin tersebut penting, apa itu?  Thorium. Thorium adalah mineral tanah jarang (rare earth) yang saat ini di incar oleh banyak negara yang mau jadi negara besar atau negara yang sudah jadi super power sebagai pengganti uranium untuk PLTN Tenaga Thorium.

Ada 4 negara saat ini yang agresif urusan Thorium yaitu Israel, Amerika , Rusia dan Tiongkok. Jadi nanti apa yang ditambang ? timah dengan dibawah kadar 40% karena dipastikan Thorium, osmium dan mineral yang bagus membuat laras senjata. Mineralnya itu harus ikut semua mineral ikutan itu dipastikan tidak dibayar dan pasti masih ikut dalam jumlah besar dalam  tin tadi. Pastkan germaniumnya masih ada, leadnya pastikan semua itu dalam tin tadi dan dalam Bahasa kimianya SN (Stannum). Jadi, smelter yang dibangun pastikan bukan pemurnian refining TIN pastikan hanya membuang impurities agar kerja di pabrik pemblinya nanti pengotor limbah B3 nya sudah terbuat ditinggal saja di Indonesia, biarkan Indonesia yang ambil sampahnya.

Pastikan pajak Eksportnya murah dan buat peraturan tambang, rakyat harus punya smelter  atau pemilik tambang timah harus menjual ke smelter yang biasanya sudah dimiliki asing yang mau mengambil Thorium, osmium, germanium dan lain sebagainya di negaranya sana.

Mantan Ketum DPP KNPI ini niatnya hanya mengingatkan masyarakat agar semuanya harusnya di Refining, cracking dan dipurifikasinya seluruhnya di Indonesia, tambangnya kan ada Indonesia ya harusnya smelter juga di Indonesia dong sampai refiningnya juga dibuat di Indonesia.

Cintailah harta kekayaan alam Indonesia ini , jangan sampahnya aja di Indonesia dapat bayaran pajaknya sedikit yang untung negara lain. Karena akan indah kalau seperti halnya kita kelola pertambangan ini kelolaannya sepertinya chock point selat malaka. Kita mainkan dalam diplomasi logam tanah jarang ini.

Indonesia  pasti bisa menjadi negara besar dan bisa nyetir Amerika dan Tiongkok. Kita jangan jadi pengikut dua negara besar tadi.  Tapi, posture atas dimainkan minimum sejajar, punya kan strateginya?  Dan yang pasti pada pertemuan G20 pada 20 November 2022 Indonesia harus mainkan diplomasi Logam Tanah Jarang dan harus kerahkan orang orang yang pandai melobi negara lain dan kita jangan kalah terus soal Diplomasi logam, tutup Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar.

 

Penulis: ASW